Minggu, 26 April 2009

SENJA ITU IA TERSENYUM PADAKU



(Senyum Terakhir Ruwaida Muthia Kepadaku)
Sebuah Ibrah; Penghancur Kenikmatan Dunia itu Bernama Kematian)


Prakata yang sulit di tuliskan…
Judul tulisan ini untuk kedua kalinya ku tulis, sama ketika aku harus kedua kalinya kehilangan orang yang aku cintai, maka judul tulisan ini sama dengan judul yang kutulis untuk ayah. Kehilangan mereka memang sangat menyakitkan, menyedihkan dan menyesakkan tapi sarat dengan pahala. Untuk itulah, sebenarnya aku bukan tak ingin menuliskan tentang mereka tapi aku tak sanggup lagi mengulang kepedihan itu, saat-saat dan detik-detik kepergian mereka yang kucintai. Setiap kali aku menuliskan ini aku harus berurai air mata terlebih dahulu, aku harus menyiapkan kondisi yang siap menghadapi luapan air mata itu. Aku pernah menuliskan seperti ini untuk ayah, detik-detik berpisah dengan ayah, tapi aku tak sanggup meneruskan tulisanku itu, aku tahu yang bermain disaat itu adalah perassaaan kesedihan bukan akal yang harus mengambil ibrah dan tambahan iman dan taqwa.
Diam)…tak tahu apa yang akan diketik..

Sejenak...
Aku pernah berfikir... baru kehilangan orang-orang terdekat dalam hidup kita saja sudah begini sedihnya, belum lagi para sahabat yang kehilangan Rasulullah, pantaslah Umar berang begitu diberi kabar bahwa Rasulullah telah wafat.
Aku yakin, mereka yang telah pergi adalah orang-orang pilihan. Allah lebih sayang kepada mereka, termasuk yang hari ini mengalami ujian fisik sakit atau kehilangan materi. Allah senantiasa menjaga mereka dari kemaksiatan dan dosa, oleh karenanya Ia menjemput mereka terlebih dahulu. Allah senantiasa melindungi mereka dari zaman yang jahil dan penguasa yang dzalim karena itu Allah memanggil mereka.

Mereka punya ciri-ciri..
Orang yang cepat perginya menghadap Allah SWT, ia punya kebiasaan di luar kebiasaan orang pada umunya dan itu terlihat saat ia tidak ada lagi. Mereka punya amal khusus yang selalu diingat stetelah ia tak ada lagi. Lihatlah para ulama besar, yang hidupnya begitu berarti untuk ummat, bermanfaat bagi setiap orang, menuliskan karya mereka dalam ribuan lembar kertas dan tinta, mereka berkorban apa saja maka kelak ketika ia telah mati banyak orang yang mengenang kebaikan-kebaiknannya, tak hanya itu tapi juga kebaikan mereka menjadi amal jariyah yang diamalkan orang lain pula.
Sesungguhnya orang baik itu adalah punya amalan-amalan yang terjaga dengan keihklasannya yang terjaga pula, Allah menutupi dari riya dan kesombongan, kemudian Allah buka pada saat ia telah pergi, dan pada saat ia mengetahui bahwa amalannya itu diperlihatkan Allah kepada orang lain. Allah senantiasa menunjukkan amalan-amalan dan ibadahnya yang tersembunyi itu kepada orang lain pada saat ia tidak ada lagi di dunia. Pernahkah Anda terfikir ingin menjadi orang yang demikian?

Memoarku bersamanya...
Inilah sekelumit perjalanan dakwah ku bersama sahabat sekalugus adik dan junud dakwahku.
Aku mengenalnya di pertengahan tahun 2004 waktu awal-awal semester baru mahasiswa angkatan 2004. Menurutku ia orangnya pendiam, dan tidak banyak bicara seperti umumnya anak-anak baru yang berprediket baru sebagai mahasiswa. Ternyata aku lebih bisa mengenalnya ketika ia menjadi tanggunganku di forum tarbiyah pekanan, maka jadilah ia sebagai prajurit dakwah ku yang pertama untuk mahasiswa sengakatannya. Ia sederhana baik dalam perbuatan maupun berpakaian. Busana musliamah yang ia kenakan masih pada umumnya mahasiswa yang baru mengenal islam, bagiku tak mengapa...
Lama aku tak bisa memahami bahasanya, karena ia adalah tipe pendiam, baru bicara kalau kita yang bertanya. Tapi ternyata pendiam itu karena ia belum terbiasa dan belum begitu mengenal seseorang, kian hari semua dapat seperti kondisi yang diharapkan. Aku bisa komunikasi dengannya, dan faham dengan ”bahasanya”. Dari hasil ta’ruf beberapa bulan aku melihat pada dirinya ada potensi yang mungkin jarang dimilki orang lain, yakni kebiasaannya mengirim taushiyah, menulis dan suka dunia teknologi.

Ternyata ia suka tersenyum...
Akhirnya aku mengenalnya sebagai orang yang banyak menolong, riang, tak pernah marah, meskipun setelah itu aku baru tahu ternyata ia punya pengakit yang serius. Pernah suatu sore di tahun 2005 setelah aku pulang dari syuro. Sebelum beragkat aku sempatkan untuk mampir ke pondokannya ternyata ia sakit saat itu. Sambil bernada gurau salah satu temen satu kosnya bilang ” Mbak Intan suka dibelikan bakso tuh...?” aku tahu meski itu gurau tapi aku akan penuhi keinginannya. Begitu pulang aku singgah ke warung bakso dan aku kembali datang ke pondokannya. Kelihatannya ia senang dan riang sekali sore itu seperti tidak mengalami sakit apapun.
Begitulah hari-hari ia selalu ku temui dalam kondisi riang, cerah dan selalu tertawa meski aku menangakap kilatan kesenduan dan entah apa itu artinya.. sangat terlihat jika ia sejenak diam dan merenung. Ia selalu sembunyikan itu ketika sudah berjumpa dengan para akhawat yang lain. Sampai suatu hari di akhir tahun 2005 aku pun tak bersamanya lagi dalam syukuran iman peknanan, aku yakin ia akan lebih baik lagi bersama guru yang lain.

Ia mengukir bantak kenangan dengan tinta ukhuwah yang indah.
Pernah suatu ketika salah satu partener dakwah di ”rumah kecil” itu yang setiap pekan ia hadir terus, mengalami masalah berat dan aku mempercayakannya untuk membantu akhawat tersebut untuk kembali seperti semula. Aku lihat ia begitu berusaha mendekati dan mencarikan solusi dengan cara ukhuwah yang hangat tapi akhirnya ia bilang ”Gak bisa lagi Mbak...” sambil mengulangi kebiasaanya yaitu senyum dan tertawa.
Walaupun aku tak bersamamnya lagi dalam lingkaran syukur tiap pekannya, namun aku tetap menjadikannya anak yang baik yang selalu aku anggap sebagai ”anak”ku sendiri. Ku rasakan aku terlalu sering meminta tolong dengannya, pernah aku minta tolong browshing bahan penelitian, ia begitu berusaha aku tahu itu akhirnya ia menyerah dan aku tak ingin membebani lagi. Begitu juga saat aku akan presntasi seminar hasil penelitian jauh-jauh aku minta ia datang untuk membatu kesalahan teknis pada laptop dan infocus, atau aku juga pernah ketika butuh CD kitaro dan laptop untuk muhasabah ia pula yang begitu repot membantu dan mencarikan untuk ku ”Memang baik lah kader Mbak yang satu ni...”itu sms ku ketika aku diberi pertolongan di hari tu. ”Ndak apo-apo Mbak e...” itu jawaban smsnya dengan dialek bahasa Palembang yang sering diucapkan ketika berbicara padaku.
Terakhirnya ketika aku kehilangan charger sonny ericsson type J230i, karena ia punya dua buah maka ia begitu lapang dada untuk meminjamkannya kepadaku, sampai sekarang benda itu sangat bermanfaat untukku. Setelah kukatakan pada ahli warisnya, mereka mengatakan ambil saja sebagai tambahan amal jariyah untuknya.
Aku dan teman-teman lain seangkatannya mengenalnya sama yakni sebagai orang yang suka menjalin keakraban ukhuwah sesama akhawat dan menolong dalam kondisi apapun. Apalagi mengenai bidang-bidang yang ia gemari. Pernah suatu ketika para akhawat se fakultasnya dihebohkan dengan sms taujih gelap tanpa nama. Hampir seluruh akhawat dapat sms tersebut, tentunya kecuali aku. Beberapa teman-temannya telah mengetahui bahwa yang mengirim sms itu adalah dia, salah seorang dari mereka mengatakannya padaku bahwa dia lah pengirim sms itu, tak banyak orang yang tahu itu. Diantara akhawat yang menerima sms itu ada yang kurang senang dan berusaha mencari tahu siapa pelakunya. Smsnya bermacam-macam dan berbagai bahasa mulai dari bahasa Indonesia sampai bahasa Arab.
Sore itu, aku hendak bersilaturahim kerumah salah seorang ummahat untuk meminjam buku, dengan sengaja untuk lebih jelasnya lagi tentang sms itu aku sengaja ajak ikut ia bersilaturahim bareng. Di tengah jalan ia begitu lancar menceritakannya kepadaku bahwa ia sangat sedih dengan kondisi ukhuwah yang kian hari kian mengering dan semakin jauh. Hubungan sesama ikhwah tak lagi sengat awal-awal pertama mereka mengaenal Islam, semua sibuk dengan urusan sendiri. Maka dari itu ia mengirim sms-sms itu sebagai usaha unrtuk mengembalikan kondisi itu. Subhanallah, fikirku...jarang ada kader yang berfikir begini dan melakukan usaha-usaha mengembalikan kegersangan ukhuwah dengan cara ini.
”Ooh jadi Intan yang ngirim sms-sms itu??”
”He..he..iyo Mbak’e..”,
”Mudah-mudan ukhuwah kita bisa kembali baik ya..”
”Makasih Mbak..” senyumnya di senja itu... mengiringi perpisahanku dengannya setelah pulang silaturahim dari rumah ummahat sederhana yang kami kunjungi itu. Tak lupa aku juga mengenalkannya kepada ummhat tersebut, tapi mungkin ummahat itu telah lupa.
Itulah terakhir aku pergi bersamanya, di awal tahun 2007. Selebihnya hanya bertemu sebentar dan selisih ditengah jalan, saling klakson dan mengunjungi. Ketika aku butuh pertolongannya ia selalu sempatkan walau pun ia tak mampu sebenarnya.

Tapi ia harus pergi selamanya...
Pagi itu, pukul 10.05 wib sebuah sms masuk keponselku, seolah aku tak percaya membacanya ku ulangi lagi mungkin si pengirim ini salah ketik. Tapi ini benar-benar nama nya yang tertulis di sms bertita duka cita itu. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun... berita duka cita itu benar-benar ia yang mengalaminya, dan ia yang harus pergi selamanya meninggalkan kami yang masih hidup. Aku benar-benar tak tahu harus bagaimana, karena aku saat itu tak berada di tempat. Aku hanya bisa menelepon akahwat di tempat kejadian untuk mengantarkannya ke rumah dan menghubungi keluarganya. Aku betul-betul tak bisa lagi bertemu lagi dengannya walau sesaat. Tak berjumpa lagi kecuali jika Allah mempertemukan kembali di akhirat. Itu juga yang aku ingat saat aku harus mengenang ayah...ketika suatu hari aku rindu untuk berjumpa dengan ayah, aku sadar aku tak kan bisa bertemu lagi selamanya, tetapi jika Allah menghendaki pertemuan itu kelak di akhirat maka tak ada siapa yang bisa menghalanginya.
Aku jadi teringat saat mabit pengurus ar-Royyan malam itu di rumahku, pagi nya aku mengingatkannya dengan beserta seorang temannya yang kemarin nekat mengendarai sepeda motor ke luar kota dengan jarak yang lumayan jauh. Niat yang semula aku berkata serius tapi melihat wajahnya akhirnya aku tak tega untuk berkata serius dengannya, ahirnya hanya sekedar nasehat biasa.
Masih banyak tugas dakwah yang belum bisa diselesaikan bersama-samanya, perjuangan ini masih panjang tapi ia harus meninggalkan pekerjaan itu demi mematuhi panggilan yang Maha Pemberi Kehidupan. Ia tak kan pernah lagi kita jumpai saat acara pertemuan kader, tatsqif dan daurah, kita takkan menemukannya lagi ketika jabatan tangannya yang begitu erat dan hangat begitu menguatkan dirinya yang sebenarnya ia sangat lemah. Ia pun tak sempat menemui pertarungan seru pada Pemilu 9 April lalu, ia tak sempat menemukan kemenangan dakwah yang hakiki kelak, tak sempat menemui kondisi kejayaan ummat Islam, pakah kita juga menemui kondisi itu???
Begitulah, setiap pertemuan ada perpisahan, setiap kehidupan ada kematian setiap perbuatan ada pertanggungjawaban. Aku melihat kepergiannya hanya perpisahan sesaat, ia hanya mendahuliui saja ketempat yang sama yang akan kita tuju. Dan kita yang masih hidup ini pasti akan menyusulnya tapi belum tahu kapan tiba masanya dan bagaimana kondisinya..

Penghancur Kenikmatan Dunia
Siapapun engaku ingatlah saudaraku, kematian yang telah tercatat tidak dapat ditunda dan tak dapat pula dipercepat. Sesuatu yang mutlak hadir dalam hidup manusia adalah kematian...
Harta yang banyak tak satu pun yang kita bawa, rupa yang bagus pun tak berguna lagi untuk dibanggakan, jabatan yang disanjung tak lagi berfaedah untuk menolongnya...saat cacing-cacing binatang tanah lainnyaa itu melumat dan berebut tubuh kita yang selalu bermandi peluh dosa, menggigit wajah kita selalu sombong, menghisap mata kita yang selalu melihat kemaksiatan, menghancurkan mulut kita yang suka mengghibah, meremukkan segala persendian dan raga kita... dan ingat saat kedua malaikat suruhan Allah itu menghimpitkan bumi itu rata dengan tubuh kita...alangkah sakitnya, alangkah menderitanya wahai engkau manusia...
Ingatlah saat jasad lemah ini dimasukkan ke ruang sempit dan gelap itu, tak ada yang mau ikut masuk ke dalamnya, tak ada orang yang mau menemani kegelapan itu sekalipun itu orang tua dan shahabat yang paling mencintai kita... tapi hanya satu yang mau dan sangat setia mengikuti kita disaat tidak ada satu orang pun yang bersedia ikut. Dia lah yang yang menemani pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT Yang Maha Perkasa, yaitu amal shaleh yang kita buat sendiri sewaktu di dunia. Ia begitu cantik saat hadir menemani kita di ruang pengap dan menyakitkan itu. Tentunya sesuai apa yang kita kerjakan semasa hidupnya...

Dia dimata saudaranya...
Beberapa teman-temannya berkomentar tentang dirinya;
”Ia adalah teman ana waktu pertama kuliah dulu dengan gayanya yang tomboy, yang paling ana ingat darinya adalah waktu liqo’ dimesjid arfaunnas di tahun 2004 ia pake rok pertama kali warna merah, ia berlari-lari karena malu...orang nya murah hati, dewasa, menjelang kepergiannya ia agak pendiam dari biasanya”.
”Intan kemarin sering ngajak reunian liqa’ kita Mbak, tapi nggak kesampaian. Dia bilang ajaklah Mbak, kita buat reunian liqa’ kita yang pertama, makan-makan atau masak-masak, ana hanya mengiyakan tapi nggak ana laksanakan, jadi kesal kenapa nggak ana turutkan permintaannya kemarin".
Yang membuat aku sedih adalah ternyata menjelang ia pergi beberapa hari ia minta reunian ”rumah mungil” yang pertama dulu bersamaku, bersama teman-teman lain. Dan permintaan itu belum ditanggagpi serius dengan temannya tadi. Duh ukhti... hingga aku tak bisa melepas kepergianmua pun belum sempat aku bertemu wajah denganmu.
Akhawat lain juga berkomentar tentang dirinya:
”Intan hampir nggak pernah menolak siapapun yang minta tolong, ana bilang ke dia kalau dia itu soluser, selalu senyum sampai akhir hayatnya, sampai-sampai seni kematiannya pun indah nggak nyusahin orang”
”Banyak yang ana kenang dari Intan, janji kami yang belum sepenuhnya kami selesaikan. Yang paling ana ingat, muhasabah cintanya sesuai dengan NSP Hp-nya”




Engkau telah menghadapkan wajahmu di depan Rabbmu terkasih...Selamat jalan sahabatku...
Aku hanya bisa berdo’a untuk junud dakwahku yang terbaik ini, pergi dalam kondisi tetap memegang janji dan komitmen di dalam islam ini. Kepergianmua telah mengukir hasil karya rajutan ukhuwah mu, saudaramu hadir begitu ramai saat bertakziyah melihat mu terakhir kali adalah hasil sulaman cinta dan ukhuwahmu. Sungguh ukhtii begitu banyak orang yang kehilangan mu, kehilangan senyummu, dan kehilangan karyamu. Selamat jalan adikku, saudaraku, junud ku, dan selamat bertemu Rabbmu dengan hati yang tenang.
Selamat jalan ”Ruwaida Muthia”.


Pekanbaru, 24 April 2009. Pk. 22.15 wib.
T-@
Yang saat ini merindui orang-orang yang telah pergi..., nantikan kehadiranku di sana...
Mohon maaf jika menggunakan bahasa yang terlalu sentimentil dalam mengisahkannya kembali..


0 komentar:

Daftar Blog AB3 KAMMI RIAU

Komentar

Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x

Followers

Refresh

MPD KAMMI Daerah Riau © 2008 Template by Dicas Blogger.

TOPO