Rabu, 03 Juni 2009
Wara’
عن أبي عبدالله النعمان بن بشير رضي الله عنهما قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول " إن الحلال بين و الحرام بين , وبينهما مشتبهات قد لا يعلمهن كثير من الناس , فمن اتقى الشبهات فقد استبرأ لدينه وعرضه , ومن وقع في الشبهات فقد وقع في الحرام , كالراعي يرعى حول الحمى يوشك أن يرتع فيه , ألا وأن لكل ملك حمى , ألا وإن حمى الله محارمه , إلا وإن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله , وإذا فسدت فسد الجسد كله , ألا وهي القلب |
Dari Abu 'Abdillah An-Nu'man bin Basyir radhiallahu 'anhuma berkata,"Aku mendengar Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya yang Halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan diantara keduanya ada perkara yang samar-samar, kebanyakan manusia tidak mengetahuinya, maka barangsiapa menjaga dirinya dari yang samar-samar itu, berarti ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya, dan barangsiapa terjerumus dalam wilayah samar-samar maka ia telah terjerumus kedalam wilayah yang haram, seperti penggembala yang menggembala di sekitar daerah terlarang maka hampir-hampir dia terjerumus kedalamnya. Ingatlah setiap raja memiliki larangan dan ingatlah bahwa larangan Alloh apa-apa yang diharamkan-Nya. Ingatlah bahwa dalam jasad ada sekerat daging jika ia baik maka baiklah seluruh jasadnya dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati”. [Bukhari no. 52, Muslim no. 1599] |
Dalam syarah hadist ini dinyatakan bahwa Wara’ adalah ¼ dari agama. Karena Allah memberikan pengertian apa saja yang diharamkan dan makna halal. Hal ini adalah standar taqwa baik dalam nilai maupun amal.
Beberapa pendapat tentang Syubhat
1. Halal yang tercampur dengan sedikit haram
2. Jelas haramnya tercampur dengan yang halal
3. Sesuatu yang belum jelas hukumnya dalam teks Alqur’an, Hadist dan juga tidak ada Ijma’ para Ulama.
Namun, syubhat beda dengan keraguan yang dibisikkan oleh syetan. Karena keraguan akan ditanamkan syetan kepada oran yang tidak punya ilmu mengenai halal dan haram. Tingkat mampu membedakan semua inilah yang disebut sebagai wara’.
Sikap wara’ sangat diperlukan oleh seorang dai yang berinteraksi dengan masyarakat, baik dalam kpemilikan umum, level amanah eksekutif dan legislative. Sehingga dai tidak hanya akan terhindar dari jeratan korupsi, juga harus terhindar dari jeratan haram dan syubhat.
Sikap wara’ ini berasal dari hati.
kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (Q.S Asy-Syu'araa' [26]: 89)
hatilah yang akan memberitahukan kita bahwa kita sudah berbuat dosa,maksiat, memakan yang haram atau syubhat.
5 cara menjaga hati :
1. Tilawah dan tadabbur Al-Qur’an
2. Puasa (mengosongkan perut)
3. Berkumpul dengan orang-orang shalih
4. Sholat malam
5. Bermunajat di penghujung malam
(kamar Kostku, Rabu, 10 Jumadil Tsani 1430 H/ 03 Juni 2009 M 22:07 WIB)
0 komentar:
Posting Komentar