Senin, 20 April 2009
APA ARTI JAM BAGI PARA AKTIVIS?
Sekilas kalau dijawab pertanyaan itu, jawabannya adalah ya untuk melihat waktu….
Tapi, sedalamnya bukan demikian jawabannya.
Jam adalah alat untuk melihat waktu, maka jam bisa dikatakan sebagai bendanya. Tentu maknanya bisa berbeda jika kalimatnya “sudah berapa jam Anda menunggu angkot?”
Sedangkan waktu adalah berapa lamanya kita mengerjakan suatu aktivitas. Jika di dalam waktu itu ada banyak hal-hal yang bermanfaat, mungkin ada puluhan, ratusan atau bahkan ada ribuan kebaikan berarti satu waktu saja ada begitu banyak kebaikan yang bisa kita peroleh. Bagaiaman dengan puluhan menit dan puluhan jam yang kita buang percuma. Membuang waktu, sama saja dengan membuang kebaikan atau tidak memanfaatkan kebaikan.
Misalnya, ada waktu dua puluh menit dalam satu hari kita buang. Dalam sepuluh menit pertama bagi yang mempunyai kecepatan rata-rata membaca al-Qur’an lima menit satu lembar berarti dalam waktu sepuluh menit ada dua lembar bacaan al-qur’an yang disia-siakan. Lalu sepuluh menit selanjutnya, bagi yang mempunyai kecepatan berjalan rata-rata lima menit 100 meter maka sepuluh menit ada 200 meter yang ia lewatkan. Begitu seterusnya.
Nah, kalau demikian berharganya datik demi detik, menit demi menit maka waktu harus kita hargai sebagai penghargaan kepada kebaikan dan lebih tepatnya adalah ibadah. Jika ada seorang ikhwah yang hadir rapat sepuluh menit sebelum waktu yang ditentukan berarti ia telah mengawalkan kebaikan itu selama sepuluh menit, dan selama sepuluh menit pula ia mengisinya dengan amal kebaikan yang lain, mungkin dengan membaca, mengetik sms taushiyah, tilawah atau zikir. Bagaimana dengan ikhwah yang telat, dan telat terus tiap hari…? Tentu ia tidak mendapatkan kebaikan yang plus seperti ikhwah pertama yang lebih awal datang tadi. Jadi waktu itu untuk dihargai karena di dalamnya banyak terkandung kebaikan, bukan untuk diulur-ulur atau dibuang begitu saja. Masih kita ingat serangan roket Israel ke Gaza di akhir tahun 2008 lalu, hanya dalam hitungan menit saja roket-roket itu telah meluluhlantakkan kota Gaza. Lalu, masihkah kita mau disamakan dengan orang-orang yang membunuh nilai-nilai kebaikan??? Seharusnya dalam waktu sejumlah itu kita juga mampu menyusun strategi untuk mencari kelemahan para Yahudi penjajah.
Ada beberapa dampak buruk bagi yang kurang menghargai nilai waktu, artinya jika sudah tidak tepat waktu maka yang ada hanyalah tergesa-gesa dan selalu terburu-buru. Akibatnya adalah:
1. Selalu saja ada yang lupa dan tertinggal, apakah itu arsip, buku agenda, titipan orang lain, atau bisa handphone sendiri pun lupa.
2. Akan mempengaruhi agenda-agenda yang lain dan agenda-agenda selanjutnya karena jika agenda awal saja terlambat maka akan disusul dengan agenda kedua yang pastinya akan terlambat juga karena waktu itu tidak berjalan mundur atau tetap tapi terus berjalan tak kenal henti.
3. Jika sudah terburu-buru, bagi yang mengendarai mobil atau motor maka acara nyetir ngebut tidak bisa dihindari. Perlengkapan jalan lalulintas pun lupa diperhatikan seperti helm,SIM, STNK atau bensin yang sekarat pun tak lagi diperhatikan. Kalau sudah begini maka yang rugi bukan hanya diri sendiri jika terjadi sesuatu hal yang tak diinginkan di tengah perjalanan tapi juga merugikan orang lain yang juga sedang mengendarai.
4. Konsep yang sudah dirancang dari rumah, karena terburu-buru jadi nyecer ditengah jalan, maksudnya konsep dan redaksional penyampaian di saat rapat tidak tertata lagi dengan baik. Nafas yang tersengal-sengal karena baru sampai, sehingga tidak nyaman bagi peserta rapat yang lain. Malu nggak sih…jadi aktivis telatan, mestinya kan teladan… coba, kalau ada yang nyeletuk seperti itu bagaimana akal kita?? Bukan perasaan kita yang saya minta, karena ini untuk difikrkan agar diperbaiki, bukan untuk dirasakan yang pada akhirnya kita jadi tersinggung.
Tapi ada ungkapan unik dari beberapa orang aktivis tarbiyah, mari kita simak beberapa petikan ungkapan berikut yang terjadi dibeberapa orang kader disuatu kesempatan:
“Ana nggak mau datang cepet-cepet, kalau yang lain belum datang lalu ana ngapain di sana sendiri??” atau ada juga yang kelewat husnudzan dengan saudaranya “ana agak telat aja datang nya, karena yang lain juga biasanya telat”
atau ungkapan senada juga pernah dikatakan seorang kader “ sekarang pukul 16.00, acara tastqif 16.15 jadi ana berangkatnya 15 menit lagi…”.
Seringnya ungkapan ini “ ana datangnya telat aja, biasanya juga acaranya molor sekitar 30 menit…”. Keterlambatan yang terjadi di kalangan aktivis dakwah juga terkadang tidak harus diungkapkan demikian namun tercermin dalam komitmen dan kesungguhan yang kurang dalam mengahdiri suatu acara. Misalnya, jika ada yang tinggal bersama dalam satu kost atau pondokan maka budaya antri selalu menjadi kambing hitam (kambing siapa ya yang sering disalahkan..).
So, marilah kita belajar menjadi orang yang bijak dalam menghargai waktu. Karena menghargai waktu berarti sama dengan memuliakan nilai-nilai kebaikan. Memuliakan kebaikan berarti sama dengan mencintai kebaikan itu sendiri dan menambah tabungan amal.
Ayo…siapa yang mau cepet masuk syurga lewat pintu ini??
t-@(lu’lu’)
untuk para aktivis, khususnya kader KAMMI RIAU, tepat waktu alias nggak pake telat-telat, kalau syuro seng rukun jangan berantem…
0 komentar:
Posting Komentar