Senin, 20 April 2009
Potongan Puzzel Kehidupan
catatan filosofi hidup
MENGAPA OTAK LEBIH KECIL DARI PERUT??
Kalimat ini tidak perlu dijawab tapi di fikirkan, karena yang memang sudah jelas otak itu lebih kecil dari perut.
Terkadang kita harus banyak belajar dengan orang tua, bukan dengan anak muda atau anak kecil saja seperti apa yang telah aku tuliskan sebelumnya. Orang tua perkataannya mengandung makna yang bijak, sekilas mereka seperti kelewat cerewet, nsehat2 terus setiap hari. Tapi mari kita temukan dibalik kecerewetan mereka yang mungkin anak muda tidak bisa mengatakan makna seperti yang terkandung pada ucapan para manula ini.
Beberapa kata-kata mereka yang terus aku ingat adalah, mengapa ukuran otak itu lebih kecil dari perut. Kalimat itulah yang sampai hari ini aku analisa terus. Mungkin Anda yang membaca ini, terfikirkah Anda apa kalimat selanjutnya setelah itu?
Sekilas secara morfologi, perut itu lebih besar ukurannya dibandingkan otak manusia tapi meskipun lebih besar tapi perut itu terbatas isi dan muatannya. Perut akan merasa cukup kenyang dengan memakan sepiring nasi lengkap dengan lauk pauknya, paling banter nambah sepiring lagi ditambah dengan segelas air (bagi yang makan nya banyak). Setelah itu ia tak sanggup lagi untuk diisi, karena kalau pun dipaksakan ia akan memuntahkan kembali apa yang ada di dalamnya. Sedangkan otak yang ukurannya lebih kecil secara morfologi dibanding dengan perut, tak terbatas isinya. Karena otak berisikan ilmu, fikiran, memori dan catatan apa yang dirasakan dalam kehidupan. Semakin ia diasah dan ditambah maka akan semakain baik bagi pertumbuhan sel-sel otak yang mengikuti selanjutnya. Otak akan semakin baik menyimpan memori jika terus dilatih dengan mengerjakan hal-hal yang rumit dan pelik. Kekayaan otak dalam menyimpan ilmu dan pengetahuan akan menjadikan sesorang bertambah arif, bijaksana dan penuh hikmah dalam menghadapi realistisnya hidup ini. Justeru jika perut itu ditambah dan terus ditambah muatannya, bukan semakin sehat dan bagus bagi pertumbuhannya, melainkan akan mengundang banyak penyakit dan memunculkan potensi penyakit yang sudah ada.
Intinya, sebagai manusia yang sama-sama memiliki otak mari kita kedepankan hal-hal yang bisa memenuhi kebutuhan utama otak dan menjadikan semakin bagus pertumbuhannya. Karena jika manusia telah disibukkan dengan pemenuhan perut, maka yang ia keluarkan sebagai input kehidupannya adalah apa yang dikeluarkan oleh perut itu sendiri. Persis tak ubahnya seperti makhluk melata yang lain, hidup tanpa ada akal dan fikiran. Akan tetapi jika dalam hidup ini lebih diprioritaskan kebutuhan otak maka yang muncul adalah manusia yang mengenal diri dan hidupnya, ia semakin faham hakikat kehidupan ini yakni yang mesti taat kepada Tuhannya dan mengabdi sepenuhnya (Qs. Adzariyat: 56).
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”
t-@ .
Terimaksih untuk Kakek ku, yang banyak memberiku nasehat dan kata-kata bijak.
0 komentar:
Posting Komentar